Laporan Uji Kualitatif Lipid



LAPORAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
UJI KUALITATIF LIPID
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Biokimia
Dosen Pengampu:
1.      Epa Paujiah, M.Si
2.      Astriyanti Mas’ud, M.Pd
Asisten Praktikum: Rizky Maulani



Oleh:
Bening Bidhi Indriani
1152060009
Kelompok 7 (Tujuh)

PENDIDIKAN BIOLOGI V/A
JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN
GUNUNG DJATI BANDUNG
2017


UJI KUALITATIF LIPID
Bening Bidhi Indriani
Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN BDG 2017. A.H. Nasution No. 105 Bandung
I.                   Pendahuluan
1.1  Dasar Teori
Lipid merupakan kelompok senyawa yang penting bagi kelangsungan hidup stiap makhluk hidup. Tubuh manusia mengandung lebih dari 15% lipid. Lipid berperan sebagai sumber energi utama, cadangan energi terutama adalah kelompok lipid sederhana yang disebut triasilgliserol. Disamping itu lipid berperan sebagai insulator, sebagai penahan panas agar suhu tubuh dipertahankan dalam jarak normal. (Sinaga, 2012, hal. 61)
Lemak atau lipid merupakan kelompok senyawa organik yang terdapat dalam tumbuhan, hewan, atau manusia, dan yang sangat berguna bagi kehidupan manusia. Lipid memiliki sifat fisika yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam satu atau lebih dari pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, dan benzena. Jaringan dalam tubuh seperti disekitar ginjal mengandung banyak lemak, kira-kira 90%, dalam otak atau telur terdapat kira-kira 7,5-30%. (Poedjiadi, 2005, hal. 51).
Lemak dan minyak adalah suatu trigliserida atau triasilgliserol. Sebagian besar gliserida pada hewan berupa lemak, sedangkan gliserida dalam tumbuhan cenderung berupa minyak. Yang biasa disebut dengan ungkapan lemak hewani (lemak babi, lemak sapi) dan minyak nabati (minyak jagung, minyak bunga matahari). (Fessenden, 1997, hal. 408).
Lipid dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara, yaitu menurut strukturnya terbagi atas lemak netral, fosfolipda, lesitin, spingomelin. Menurut sumbernya yaitu lemak hewani, dan lemak nabati. Menurut konsistensinya yaitu lemak padat dan lemak cair. Menurut wujudnya yaitu lemak tak terlihat dan lemak terlihat. (Sediaoetama, 2004, hal. 93).
Lipid sederhana adalah senyawa-senyawa lipid yang merupakan ester dari asam lemak dengan gliserol atau alkohol berantai panjang. Ester asam lemak dengan gliserol disebut asilgliserol, sedangkan eter asam lemak dengan alkohol berantai panjang disebut lilin atau malam. Sedangkan lipid majemuk adalah senyawa-senyawa lipid yang jika dihidrolisis paling tidak akan menghasilkan satu molekul senyawa lain yang bukan lipid. Senyawa-senyawa lipid majemuk yang banyak terdapat di alam antara lain, fosfolipid, glikolipid, lipoprotein, aminoliopid, sulfolipid, dan lain sebagainya. Sementara yang dimaksud dengan lipid turunan adalah senyawa-senyawa lipid yang merupakan hasil penguraian senyawa lipid lain. Misalnya asam lemak (hasil hidrolisis dari senyawa malam atau wax), kolesterol, dan senyawa-senyawa steroid lainnya. (Sinaga, 2012, hal. 245-246).
Asam lemak jarang terdapat di alam bebas, akan tetapi banyak terdapat banyak dalam bentuk ikatan ester atau amida dalam berbagai lipida, asam lemak memiliki karakteristik diantaranya merupakan asam organik yang terdiri atas hidrokarbon lurus yang pada satu ujungnya mempunyai gugus karboksil (COOH) dan pada yang lain gugus metil (CH3). Asam lemak alami biasanya mempunyai rantai dengan jumlah atom karbon genap, yang berkisar antara 4-22 karbon. (Almatsier, 2001, hal. 52).
Penggolongan asam lemak dapat dilakukan dengan esterifikasi yang menghasilkan ester metil atau ester etil, kemudian diikuti dengan fraksinasi. Fraksinasi bisa dilakukan cara kromatografi gas, kromatografi lapisan tipis, atau menggunakan spektrofotometer dengan sinar infra merah. Cara yang terakhir dapat digunakan untuk menentukan jumlah dan identifikasi asam lemak. (Winarno, 1992, hal. 89).
Lipid memiliki sifat-sifat diantaranya hidrolisis, misalnya hidrolisis dari trigliserida biasanya dengan enzim lipase akan menghasilkan gliserol dan asam lipid, pembentukan membran misel dan emulse, pada umunya lipid tidak larut dalam air. Sebab mengandung ikatan hidrokarbon yang non polar, namun ada beberapa lipida seperti fosfolipida, spingeolipida yang mengandung lebih banyak bagian yang polar dibandingkan dengan non polar, bagian polar memiliki sifat larut dalam air. (Hartati, 2017, hal. 24).
Beberapa jenis lemak dan minyak yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari diantaranya minyak goreng yang berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa, dan penambah nilai kalori bahan pangan. Hidrasi gliserol akan membentuk aldehid tidak jenuh atau akrolein. Makin tinggi titik asap makin baik mutu minyak goreng tersebut. Mentega merupakan lemak dari susu yang dipisahkan dari komponen lain dengan baik melalui proses pengocokan. Mentega sendiri merupakan emulsi air dalam minyak dengan kira-kira 18% air terdispersi dalam 80% lemak dengan sejumlah kecil protein yang bertindak sebagai pengemulsi. Margarin merupakan pengganti mentega dengan rupa, bau, konsistensi, rasa, dan nilai gizi yang hampir sama. Margarin juga merupakan emulsi air dalam minyak, yang mengandung tidak kurang dari 80% lemak. (Winarno, 1992, hal. 98).
Minyak ikan adalah salah satu zat gizi yang mengandung asam lemak kaya manfaat karena mengandung sekitar 25% asam lemak jenuh dan 75% asam lemak tak jenuh. Asam lemak jenuh ganda atau polyunsaturated fatty acid yang disingkat DUFA membantu proses tumbuh kembang otak perkembangan indera penglihatan dan sistem kekebalan bayi. (Panagan, 2012, hal. 102-106).
Asam lemak dan ester asam lemak berantai pendek, bermanfaat sebagai senyawa aromatik, metil dan ester asam lemak berantai panjang bermanfaat untuk memproduksi alkohol lemak serta bahan bakar pengganti untuk motor berbensi diesel. Asam lemak berantai panjang antara lain asam oleat, linoleat, dan arakhidonat bahkan bermanfaat untuk pencegah dan penyembuhan penyakit yang berkaitan dengan sistem peredaran darah antara lain trombosis dan ateroklerosis. (Handayani, 2005, hal. 164).


1.2     Tujuan Praktikum
Setelah melakukan percobaan ini mahasiswa diharapkan mampu mendeteksi keberadaan lipid pada bahan pangan, mengetahui zat yang mampu melarutkan lipid dan mengetahui ketidakjenuhan lipid.

II.                METODOLOGI PENGAMATAN
2.1  Waktu dan Tempat
Kegiatan praktikum ini dilakukan pada hari rabu, 18 Oktober 2017 pada pukul 10.00 – 12.00 WIB. Bertempat di Laboratorium Terpadu UIN Sunan Gunung Djati Bandung, gedung Solahudin Sanusi lantai 3 ruang Laboratorium Pendidikan Biologi.
2.2  Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu: 7 buah tabung reaksi, 2 buah pipet tetes, 1 buah gelas kimia, bunsen, kaki tiga, kawat kasa, rak tabung reaksi, dan Handphone.
Adapun bahan yang digunakan yaitu: jus apel, jus mangga, jus alpukat, minyak zaitun, VCO (Virgin Coconut Oil), mentega, margarin, dan minyak goreng. Reagen sudan III, alkohol 96%, kloroform, dietil eter, larutan Na2CO3 2%, reagen iodine, aquades, dan tissue.
2.3  Langkah Kerja
2.3.1        Uji Deteksi Lipid
Larutan uji sebanyak 3 ml dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Lalu ditambahkan reagen Sudan III sebanyak 2 ml. Amatilah perubahan warna yang terjadi. Hasil pengamatan dicatat dan didokumentasikan.
2.3.2        Uji Kelarutan Lipid (Teori Like Disolve Like)
Tabung reaksi sebanyak 5 buah disiapkan, masing-masing diberi laber A = Aquades, B = alkohol 96%, C = kloroform, D = Larutan Na2CO3 2%, dan E = Dietil eter. Lalu pada setiap tabung reaksi masukkan larutan uji sebanyak 1 ml. Kemudian tambahkan reagen uji sesuai dengan ketentuan di atas, masing-masing sebanyak 2 tetes. Kemudian homogenkan. Amatilah kelarutan yang terjadi, setelah itu hasil pengamatan dicatat dan didokumetasikan.
2.3.3        Uji Ketidak jenuhan Lipid
Tabung reaksi disiapkan, lalu diteteskan bahan uji sebanyak 4 tetes. Kemudian ditambahkan reagen kloroform sebanyak 4 tetes. Kemudian reagen iodin diteteskan sedikit demi sedikit hingga warna larutan uji mengalami perubahan warna.



No.
Bahan Uji
Jenis Uji
Uji Deteksi Lipid
Uji Ketidakjenuhan Lipid
Uji Kelarutan Lipid
Aquades
Alkohol 96%
Kloroform
Lart. Na2CO3 2%
Dietil eter
1.
Jus apel hijau
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh (1 tetes iodine)
(+)
Larut
(+)
Larut
(+)
Larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
2.
Mentega
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh (2 tetes iodine)
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
3.
VCO (Virgin Coconut Oil)
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh (5 tetes iodine)
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
4.
Minyak zaitun
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh ( tetes iodine)
(-)
Tak larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
5.
Jus mangga
(+)
Kuning kemerahan
(+)
Tidak jenuh (1 tetes iodine)
(+)
Larut
(+)
Larut
(+)
Larut
(+)
Larut
(+)
Larut
6.
Margarin
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh (4 tetes iodine)
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
7.
Minyak goreng
(+)
Merah
(+)
Tidak jenuh (3 tetes iodine)
(-)
Tak larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
8.
Jus alpukat
(-)
Coklat
(+)
Tidak jenuh (2 tetes iodine)
(+)
Larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
(+)
Larut
(-)
Tak larut
III.             Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil praktikum mengenai uji kualitatif lipid pada bahan yang diuji diperoleh hasil bahwa untuk uji deteksi lipid semua bahan uji kecuali jus alpukat terdeteksi mengandung lipid hal itu dibuktikan dengan berubahnya warna larutan menjadi merah setelah ditetesi larutan sudan. Menurut Hartati (2017: 25) menyebutkan bahwa bahan uji yang berubah warna menjadi oren atau merah setelah ditetesi larutan sudan maka ia positif mengandung lipid. Sementara untuk jus alpukat tidak terjadi perubahan warna menjadi merah atau oren, karena adanya kesalahan yaitu jus alpukat terlalu encer sehingga ketika direaksikan dengan sudan ia tidak mengalami perubahan seolah-olah alpukat tidak mengandung lipid padahal menurut Prasetyowati (2012:2) alpukat memiliki kandungan lipid berupa minyak yang dering disebut sebagai minyak nabati.
Pada pengujian ketidakjenuhan lipid didapatkan hasil bahwa semua bahan yang diuji termasuk kedalam lemak tak jenuh, hal itu dapat terdeteksi dari perubahan warna yang terjadi. Semua bahan uji setelah ditetesi iodin warnanya berubah. Ini Sesuai dengan apa yang dikemukaan oleh Poedjiadi (1994:60) bahwa untuk menentukan derajat ketidakjenuhan lemak yang terkadung didalamnya dapat diukur dengan bilangan iodin, iodin dapat bereaksi dengan ikatan rangkap dalam asam lemak. Tiap molekul iodin mengadakan reaksi adisi pada suatu ikatan rangkap. Oleh karenanya makin banyak ikatan rangkap makin banyak pula iodin yang bereaksi.
Pada uji kelarutan dengan menggunakan aquades, didapat hasil bahwa bahan yang dipraktikumkan yang berupa jus buah, baik itu jus apel, mangga, dan alpukat semuany larut dalam aquades. Sedangkan untuk minyak zaitun, VCO, margarin, dan mentega, dan minyak kelapa semuanya tidak larut dalam aquades, menurut Winarno (1992:97) hal ini terjadi karena aquades merupakan senyawa kimia yang bersifat polar sedangkanminyak merupakan senyawa nonpolar, maka apabila disatukan, keduanya tidak dapat bercampur karena memiliki sifat-sifat khas yang berbeda.
Kemudian untuk uji kelarutan dengan menggunakan alkohol, kloroform, Lartutan Na2CO3 2%, dan dietil eter didapat hasil bahwa sebagian bahan ujada yang terlarut dan sebagiannya lagi tidak. Hal itu terjadi karena tingkat kepolaran yang terkandung pada reagen. Menurut Permana (2016) derajat kelarutan merupakan kemampuan suatu zat terlarut untuk dapat terlarut dalam sejumlah pelarut pada suhu tertentu. Tingkat polaritas berkaitan dengan polaritas pelarut tersebut. Senyawa yang memiliki kepolaran yang sama akan lebih mudah tertarik atau terlarut dengan pelarut yang memiliki tingkat kepolaran ynag sama. Jadi, kelarutan bahan uji ini ditentukan oleh tingkat kepolarannya.
IV.             Kesimpulan
Dari praktikum mengenai uji kualitatif lipid ini dapat disimpulkan bahwa semua bahan praktikum positif mengandung lipid yang terdeteksi oleh larutan sudan, dan kelarutannya dapat dideteksi dengan beberapa reagen seperti aquades, alkohol, kloroform, Na2CO3, dan dietil eter. Kelarutan lemak sendiri tergantung pada tingkat kepolarannya.

V.                Daftar Pustaka

 

Almatsier, S. (2001). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Fessenden, R. J. (1997). Kimia Organik Edisi Ketiga Jilid 2. Jakarta: Erlangga.
Handayani, R. (2005). Transesterifikasi Ester Asam Lemak Melalui Pemanfaatan dan Teknologi Lipase. Biodiversitas, 6 (3), 164-167.
Hartati, S. (2017). Penuntun Praktikum Biokimia. Bandung: Prodi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati.
Panagan, A. T. (2012). Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Asam Lemak Tak Jenuh Omega-3, Omega-6 dan Karakterisasi Minyak Ikan Patin (Pangasius pangasius). Jurnal Penelitian Sains, 15 (3) C, 102-106.
Poedjiadi, A. (2005). Dasar-dasar Biokimia. Jakarta: UI Press.
Sediaoetama, A. D. (2004). Ilmu Gizi untuk Mahasiswa dan Profesi di Indonesia. Jakarta: PT. Dian Rakyat.
Sinaga, E. (2012). Dasar Biokimia. Jakarta Barat: PT. ISFI.
Winarno, F. G. (1992). Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: Gramedia.
Permana, H. (2016). Laporan Praktikum Biokimia Uji Kelarutan Lipid. Padang: Universitas Negeri Padang
Prasetyowati. (2010). Pengambilan Minyak Biji Alpukat (Persea americana) dengan Metode Ekstrasi. jurnal Teknik Kimia. Vol. 17. No. 2. hal:101

Komentar

Posting Komentar